~Yuda's POV~
Suaranya yang indah  kembali melantun di dalam pikiranku. Gak aku  sangka, ternyata Ikhsan  mempunyai bakat sebagai penyanyi yang handal!  Aku benar-benar jatuh  cinta dengan suaranya... 
Tapi... Kenapa Ikhsan bisa betah ya  sama gitaris itu? Uhm, siapa  namanya? Al...hmm... Oh iya, Aldo! Kenapa  dia jutek banget ya sama aku?  Hah, gak taulah... Aku kan baru kenal sama  dia, gak mungkin aku  berbuat salah padanya. Well, hal itu sih gak  terlalu aku pikirkan ya.  Yang aku pikirkan sekarang cuman satu... Kenapa  aku selalu mengingat  sosok Ikhsan yang sedang menyanyi ya? Dari  kemarin, bahkan sampai  sekarang, aku terus mengingat moment itu.
Baru  kali ini ada seseorang yang menyita pikiranku kecuali Yola. Tunggu   sebentar, Ikhsan mampu mengalihkan pikiranku tentang Yola? Kenapa  bisa?  Nggak, ini normal-normal saja! Ya, ini wajar. Aku hanya mengagumi  Ikhsan  karena dia pintar menyanyi. Hanya itu saja...
"Ketuaaaa.....!!" tegur seseorang yang tengah berlari kearahku. Hah, si troublemaker muncul deh.
"Ketua!  Ketua! Ketua! Denger-denger nanti ada murid pindahan ya? Dia  dikelas  mana? Kyaaaa jangan-jangan dia sekelas sama aku? Muridnya cowok  kan?  Gimana sih tampangnya? Terus, terus...." aku nggak tau apa yang   diomongin sama bocah berisik ini. Ckck, pagi-pagi udah bikin  ribut...   Bikin bad mood aja.
Perempuan berisik ini namanya Adel, dia  berasal dari kelas XI IPA 4.  Sedangkan aku berasal dari XI IPA 1.  Walaupun Adel ini berisik, tapi  dia bisa menjaga rahasia terbesarku.  Bisa dibilang dia salah satu  sahabatku, dan dia juga merupakan wakil  ketua osis, wakilku.
"Eh ya, tumben kamu gak ke parkiran mobil?  Biasanya kamu selalu  nyamperin Yola?" tanya Adel dengan suara  cemprengnya. Aku terdiam  sejenak... Oh iya ya, kenapa pagi ini aku gak  nyamperin Yola ya? "Atau  jangan-jangan udah ada penggantinya Yola? Cieee  cieeee!"
Mukaku langsung memerah ketika mendengar kalimat Adel.  Nggak! Nggak  mungkin... Masa iya Ikhsan itu penggantinya Yola? Nggak,  ini sebuah  salah paham. Ini hanya kelengahanku saja!
"Tau ah! Aku  mau ke kelas dulu ya, bye!" tanpa memperdulikan celotehnya  Adel, aku  langsung berlari menuju kelas dan menaruh tasku. Hah, gini  deh yang gak  punya temen sebangku... Gak ada temen ngobrolnya. Gak tau  kenapa mereka  semua menjaga jarak denganku. Karena apa? Karena aku  ketua Osis? Karena  aku berasal dari keluarga atas? Hei, aku masih  manusia juga kan. Sama  seperti mereka... Aku gak pernah habis mikir,  kenapa mereka semua selalu  memikirkan kata 'Gengsi'?
Ah, taulah. Yang penting sekarang adalah belajar. Kubuka tas ranselku dan mengambil buku paket dan buku tulis Fisika. 
"Anak-anak,  sebelum pelajaran dimulai... Bapak akan memperkenalkan  murid baru ke  kalian semua. Yak, silahkan masuk..." seisi kelas  langsung terlihat  heboh dan sangat antusias menerima murid baru itu.  Jujur, aku juga  penasaran sih. Kayak apa sih orangnya? 
Tak lama, terlihatlah  sesosok pemuda berparas tampan yang memasuki  ruangan kelas XI IPA 1.  Wait, sepertinya aku kenal dia... D-dia  kan....!?
"Pagi, nama  saya Aldo Widiansyah. Panggil saja saya Aldo, saya pindahan  dari SMA X  kota surabaya. Sebelumnya saya pernah tinggal disini waktu  kecil. Oke,  itu aja... Salam kenal semuanya!" udah kuduga... Dia Aldo!  Ta-tapi  kenapa sifatnya berubah 180 derajat ya? Perasaan kemarin dia  orangnya  jutek. 
"Oke, Aldo... Kamu duduk disebelahnya Yuda ya. Kebetulan  dia adalah  ketua Osis disekolah ini, jadi kamu bisa sekalian tanya-tanya  sama dia  kalau kamu masih bingung sama tempat-tempat sekolah ini..."  setelah  mendengar perintah dari pak guru, Aldo berjalan sambil tetap  tersenyum  sampai akhirnya ia duduk disampingku.
"Haaaah, kenapa  harus duduk sama lo ya? Gue kurang beruntung nih..."  ujarnya dengan  suara yang pelan tapi menusuk. Gila, orang ini  bener-bener dendam sama  gue... Emang salah apa sih gue? 
Jam demi jam kulewatkan dengan  perasaan canggung. Selama ini aku memang  pengen mendapatkan teman  sebangku, tapi gak gini juga kali... Ini mah  lebih parah dari duduk  sendirian!
"Woi, kelasnya Ikhsan dimana?" tanya Aldo dengan juteknya. 
"Di  IPA 4, beda 3 kelas dari sini. Lu ke kiri ya arahnya..." tanpa   mengucapkan terima kasih, Aldo langsung beranjak dari tempat duduknya   dan keluar kelas. Ckckck, kenapa sih semua orang pada benci sama aku?   Padahal aku nggak ngelakuin kesalahan apa-apa sama mereka.
Hari  ini tak jauh beda dengan hari-hari sebelumnya. Istirahat sendirian  di  kelas, pulangpun juga sendirian. Tapi seperti biasa, dari pulang   sekolah... Aku nggak langsung pulang kerumah. Pertama, aku sengaja   berada diruangan Osis sampai jam setengah tujuh malam. Setelah itu aku   pergi kesuatu tempat.... Suatu tempat yang sangat terkenal dengan kabar   buruknya. Sebuah tempat dimana aku bisa menjadi diriku sendiri, dan   melakukan apapun yang aku suka tanpa ada kata larangan. Bisa dibilang,   tempat ini adalah tempatku untuk melampiaskan hidupku.
"Woi,  semua! Liat nih, brother kita udah dateng! Yuk ah, cabut  sekarang!" aku  tersenyum ketika mereka menyambutku dengan semangat.  Yep, hanya disini  aku bisa mendapatkan teman.
Tanpa embel-embel ketua Osis, nama  keluarga, maupun sekolah. Inilah  aku, seorang Yuda. Hanya Yuda saja. Aku  tak membawa nama sekolah,  keluarga, dan juga statusku. Dengan begini,  mereka akan menganggapku  sebagai manusia biasa. 
"Rokok?" tawar  salah satu temanku yang berambut coklat. Akupun menerima  pemberian  rokoknya. Sedangkan teman-temanku yang lainnya sedang  menikmati minuman  keras. Bahkan ada yang sampai mengkonsumsi  obat-obatan terlarang. 
Hanya  di wilayah ini aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Hanya  disini aku  bisa merasakan kebebasan! Inilah kehidupan yang aku mau...
BRUGH!
Ugh, sial! Apa-apaan sih tadi!? Bisa-bisanya ada orang yang berani menabrakku! 
"Ooouw, sakit banget!" lirihku yang sengaja dilebih-lebihkan.
"Wah, parah tuh. Heh, bocah! Bayar uang kerugiannya nih!" temanku juga ikut-ikutan mengompori orang yang menabrakku tadi.
"Ma-maaf!!  Aku nggak sengaja... Maafkan aku!" suara ini... Jangan  bilang...!?  Dengan cepat aku langsung membuka topiku agar bisa lebih  jelas melihat  wajah lelaki itu. Dia...
"Yu...Yuda....?" gumam lelaki itu  setengah tak percaya ketika ia  melihatku. Gawat... Kenapa Ikhsan bisa  berada di wilayah seperti ini!?  Ini kan daerah berbahaya!
"Guys,  kalian jalan duluan aja. Gue ada urusan sama dia," meskipun  mereka  awalnya menolak perintahku, tapi akhirnya mereka mau jalan  duluan dan  meninggalkanku dengan Ikhsan.
"Hai, selamat malam, Ikhsan!"  sapaku dengan nada yang ramah seperti  biasanya. Ikhsan masih menatapku  dengan tatapan takut, sekaligus  bingung.
"Yuda, kenapa kamu  seperti ini? Kenapa kamu bergaul sama anak-anak  seperti mereka!? Dan  lihat... Apa-apaan ini!? Kenapa kamu merokok!?"  Ikhsan langsung  mengambil rokokku dan membuangnya dijalanan, sekaligus  diinjaknya.  "Kenapa kamu jadi beda sekali?" tanya Ikhsan dengan nada  khawatir. Aku  hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.
"Ada masalah?" tanyaku ke Ikhsan. 
"Yuda,  kumohon... Jadilah Yuda yang seperti biasanya! Kalau kamu ada  masalah,  cerita aja ke aku. Siapa tau aku bisa bantu! Please, jangan  kayak gini  Yud..."
"Hahaha! Kamu ini lucu ya. Gak nyangka kalau kamu segitu  polosnya..."  Ikhsan terdiam ketika mendengar aku tertawa. "Dengar ya,  Ikhsan. Justru  inilah aku yang sebenarnya... Aku yang disekolah hanyalah  topeng!  Camkan itu baik-baik. Lebih baik sekarang kamu pulang sebelum  bahaya  dateng ke kamu... Disini rawan lho," 
Ikhsan masih tetap  terdiam dan terus memandangiku. Karena gerah ditatap  seperti itu, akupun  langsung memunggunginya dan mulai melangkah  meninggalkannya. 
"Aku  nggak akan pulang... Sebelum Yuda pulang!" gubragh! Ternyata  Ikhsan itu  orangnya keras kepala ya! Padahal sudah ku kasih tau kalau  tempat ini  adalah daerah yang rawan akan kejahatan! "Pokoknya aku bakal  ngikutin  Yuda terus!" ancamnya yang sambil berlari kecil kearahku.  Sial, kalau  udah begini sih... Mau gak mau aku harus mengalah. 
"Baiklah, kita pulang. Tapi ikut aku ke club sebentar, soalnya baju seragam aku ditinggal disana."
Aku  dan Ikhsan segera mengunjungi club yang aku sebut tadi. Sesampainya  di  depan club, kami disambut oleh wanita cantik yang tak lain adalah  sang  pemilik club.
Categories: 
cerbung

