~Ikhsan's POV~
"Jawab aku, Chan. Kamu habis dari mana?" 
Aku  benar-benar tak bisa membalas pertanyaannya. Gawat, apa yang harus  aku  katakan? Lagipula kenapa Aldo bisa ada disini? Ini sudah tengah  malam...  
"Chan, please jawab pertanyaanku. Kamu habis dari mana? Siapa  Pria tadi  yang barusan mengantarmu pulang?" kedua bola mata Aldo yang  hitam  pekat sedang menatap kedua bola mataku yang coklat. Aku berpikir   sejenak.. Apakah aku harus membohonginya? Atau aku harus jujur padanya?   Aku takut kalau nantinya Aldo akan menjauhiku kalau dia tau  pekerjaanku.  Tapi kalau misalnya aku harus berbohong padanya? Aku nggak  bisa...
"Masuk  ke dalam dulu aja, Do. Biar aku jelaskan semuanya..." Aldo  segera  mengekoriku dari belakang. Ketika aku membuka pintu rumah, aku   mempersilahkan Aldo untuk duduk di ruang tamu.
Aldo menatapku  dengan tatapan yang cemas. Dan dengan satu tarikan nafas  yang ku  keluarkan, aku pun memulai menjelaskan semuanya pada Aldo. Dan   sepertinya Aldo mendengarkan semua ceritaku dengan serius. Baru kali  ini  aku melihatnya serius seperti ini...! Mungkinkah Aldo sudah tak mau   berteman denganku lagi begitu ia tahu kalau aku bekerja di  tempat-tempat  hiburan? Tapi aku tidak akan terjerumus! Disana aku hanya  menari  saja... Apakah salah?
"Kamu nggak salah kok, Chan. Tapi sebaiknya  kamu berhenti dari  pekerjaanmu itu... Kalau kamu ketauan pihak sekolah  gimana?" tanya Aldo  dengan nada khawatirnya. Aku hanya bisa terdiam  sambil memainkan  jari-jariku dengan gelisah. Berhenti? Bagaimana bisa?  Kalau aku  berhenti dari pekerjaan ini, aku harus bagaimana lagi untuk  bertahan  hidup? Kalau menjadi pelayan biasa gajinya tidak mencukupi  biaya  sekolahku perbulan. Tapi Aldo ada benarnya juga, aku selalu  khawatir  kalau pekerjaanku ini diketahui oleh pihak sekolah. 
"Lantas,  aku harus bagaimana, Do? Kalau aku berhenti, aku gak bisa  memenuhi  kebutuhan hidupku..." Aldo tampak berpikir sebentar. Dia  menyenderkan  bahunya di sofa sambil menghelakan nafas yang panjang. 
"Ah! Aku  punya ide!" seru Aldo dengan penuh semangat. "Besok aku bakal  kasih tau  ke kamu. Sekarang mendingan kamu istirahat dulu, ok?" aku  menatap Aldo  dengan bingun. Kira-kira ide apa ya yang sedang dia  pikirkan?
"Oh ya, aku boleh nginep disini gak?" eh!? Aldo nginep disini? Ngapain ya? Aku sih seneng banget kalau dia nginep, tapi...
"Boleh  aja sih, tapi kayaknya aku gak punya baju ganti yang pas buat  kamu...  Gimana dong?" Aldo tersenyum mendengar pertanyaanku, dan ia  membuka tas  ranselnya yang ia taruh dibawah sofa. 
"Tenang, aku udah  mempersiapkan semuanya kok!" ujarnya dengan senyum  yang lebar. Wah, jadi  dia sudah merencanakannya ya? Ternyata Aldo  datang kerumahku hanya  untuk sekedar menginap. Katanya dia masih kangen  sama aku, hahaha,  ada-ada aja dia. 
"Yaudah, kamu dikamar bekas kakakku aja ya? Aku  mau mandi dulu  sebentar," aku langsung mendirikan tubuhku dari tempat  duduk dan  bergegas mengambil baju rumah dari lemari kamarku.
"Wah,  ternyata Ichan-ku udah bisa tidur sendiri ya... Padahal pas waktu  kecil  dulu kamu kan yang selalu ngajakin aku buat tidur nemenin  kamu..."  mendengar kalimat Aldo membuat wajahku berubah menjadi merah  padam,  entah malu, entah marah. Hah, Aldo memang ngeselin!
"Itu kan  dulu...! Woooo!" protesku yang sambil melempar bantal tidurku  kemukanya  si jelek (baca:Aldo). Sayangnya, Aldo berhasil menangkap  lemparan  bantalku! Argh, dia malah melempar balik ke aku... Hiks,  sakit. 
"Berani  ngelawan nih anak!" ujarnya yang kini tengah berlari kearahku  dan  langsung ngelitikin aku. Huwaaa, ternyata dia masih inget kalau   kelemahan aku tuh dikelitikin!
"Adududuh...huahahaha..udah do,  stop please...gyahahaha!!" bukannya  Aldo berhenti, tapi dia makin cepet  ngelitikin akunya! Aduh, kasur aku  jadi berantakan deh T.T
Setelah  Aldo puas mengelitiku, akhirnya aku dan Aldo sama-sama terkapar  lemas  diatas tempat tidurku. "Makanya, jadi orang jangan sok! Kamu tuh  butuh  waktu 1000 tahun buat bisa ngalahin aku!" aku hanya terdiam  sambil  menatap Aldo dengan kesal. Hah, dia dari dulu memang gak pernah  berubah.  Tapi aku bersyukur juga sih, itu artinya persahabatan kami  masih sama  seperti yang dulu, gak ada yang berubah.
"Udah, kamu gak usah  mandi. Nanti rematik lho, mending kita langsung  tidur aja..." benar kata  Aldo. Aku juga capek sih sebenernya, males  banget buat berdiri. Apalagi  tangannya Aldo sudah berada di atas  leherku, aku makin susah untuk  beranjak dari kasurku.
Sudah lama aku tak merasakan perasaan  bahagia ini. Sebelum Aldo datang,  aku hanya tidur sendirian di setiap  malam. Jangankan tidur, makanpun  aku sendirian, bahkan tak ada satupun  orang yang datang menyambutku  ketika aku memberikan salam pulang. Hanya  dengan Aldo yang membuatku  tak merasa sendirian lagi dirumah ini. 
Dulu  waktu SD, aku selalu memimpikan hal-hal yang buruk, mungkin waktu  itu  aku belum terbiasa untuk tidur sendirian. Makanya aku selalu  meminta  Aldo untuk menginap dirumahku, supaya aku bisa tenang dalam  tidurku.  Ternyata benar, semenjak Aldo menginap dirumahku, aku jadi tak  pernah  memimpikkan hal-hal yang buruk lagi.
Seperti sekarang ini, aku bermimpi tentang sesuatu yang indah.
Categories: 
cerbung

